yume

yume

Yume Almo

Tuesday 5 July 2011

Bunga Kimilsungia, Simbol Perekat Indonesia-Korea Utara

Bunga Kimilsungia, Simbol Perekat Indonesia-Korea Utara


bunga Kimilsungia, bunga nasional Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK). Bunga yang juga menjadi simbol persahabatan antara kedua bangsa ini diserahkan pertama kali oleh Presiden Soekarno sebagai hadiah ulang tahun kepada Presiden Kim Il Sung pada saat berkunjung ke Indonesia tahun 1965.

Bunga sejenis dendrobioum itu, kemudian diberi nama Kimilsungia. Bunga ini dikembangkan secara luas di RRDK. Untuk memperingati hari kelahiran Presiden Kim Il Sung, atau yang dikenal dengan Day of the Sun, pemerintah RRDK menyelenggarakan Festival Bunga Kimilsungia tiap tahunnya.

Menurut buku yang diterbitkan Pyongyang Korea pada abad ke-20: 100 Kejadian Penting, Kim Il-sung pernah berkunjung ke Indonesia untuk menemui rekan sejawatnya, Soekarno. Kim diajak berjalan-jalan di Kebun Raya Bogor, ketika itu:

dia berhenti di depan sekuntum bunga tertentu, batangnya meregang lurus, daunnya membentang seimbang, memberikan tampilan yang cantik, dan warna merah mudanya pada saat mekar menunjukkan keanggunan dan martabatnya; dia berkata bahwa tumbuhan itu terlihat menawan hati, berbicara meluap-luap karena telah berhasil menemukannya. Soekarno berkata bahwa tumbuhan itu belum memiliki nama, dan dia akan menamainya menurut nama Kim Il Sung. Kim Il Sung menolak tawaran Soekarno, tetapi Soekarno tetap bersikeras bahwa menerakan nama Kim Il Sung bagi bunga itu adalah sebuah kehormatan yang besar, sebab Kim Il Sung telah menunjukkan penggalian yang besar demi manfaat yang diraih umat manusia.





Tamu Negara, PM RDR Korea Marsekal Kim Il Sung Sabtu siang djam 13.15 dengan pesawat Iljusin 25 telah mendarat dilapangan udara internasional Kemajoran, dengan disambut oleh Presiden Soekarno, didampingi oleh WPM II Leimena, Menko. Djenderal Nasution dan beberapa menteri lainnja.

Judul dan kepala berita di atas dikutip dari harian sore Sinar Harapan halaman satu tanggal 10 April 1965 karena harian Kompas baru terbit pertama kali pada 28 Juni 1965.

KUNJUNGAN Perdana Menteri Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara) Kim Il Sung 10-20 April 1965 itu tampak disambut dengan meriah oleh Presiden Soekarno dan rakyat. Sinar Harapan melaporkan, Dilapangan udara Kemajoran dan disepandjang djalan sampai Istana Merdeka ribuan penduduk menjambutnya dengan penuh rindu.

Kunjungan itu dimaksudkan untuk menghadiri peringatan dasawarsa Konferensi Asia Afrika di Bandung. Hangatnya hubungan Indonesia dan Korea Utara (Korut) itu tampak pula dengan dianugerahkannya gelar doktor honoris causa kepada Kim Il Sung. Doktor kehormatan di bidang ilmu teknologi diterima dari Universitas Indonesia dan penganugerahannya dilakukan di Istana Merdeka tanggal 15 April.

Soekarno dan Kim Il Sung juga menandatangani naskah pernyataan bersama tanggal 15 April 1965 di Istana Merdeka tentang "Perdjoangan Bersama Melenjapkan Nekolim".

Tanggal 13 April 1965 Soekarno mengajak Kim Il Sung ke Kebun Raya Bogor (KRB). Ketika melihat koleksi anggrek di rumah kaca KRB, Kim Il Sung terpesona menyaksikan anggrek yang sedang indah berbunga. Presiden Soekarno spontan menawarkan untuk menamai bunga itu Kim Il Sung. Kebetulan sekali, bunga anggrek hasil silangan penyilang anggrek CL Brundt asal Makassar tersebut belum diberi nama. Kim Il Sung yang merasa gembira sekali atas penghargaan itu langsung setuju.

Anggrek Kim Il Sung baru dibawa ke Korut tahun 1975. Tahun 1981, bunga ini didaftarkan Guntur Soekarnoputra ke lembaga botani di London, Inggris, dengan nama bunga dendrobium kimilsung. Bunga yang biasa disebut kimilsungia menjadi bunga kebanggaan Korea Utara sejak tahun 1995. Bunga tersebut selalu tampil pada festival bunga yang diselenggarakan saat peringatan hari ulang tahun Kim Il Sung (Kompas, 16/7/2002).




sumber : WIkipedia

No comments:

Post a Comment