yume

yume

Yume Almo

Sunday 26 June 2011

PERNAK PERNIK DI BALIK "DONG YI " part 3 (final)

Dong Yi Casts

Buat yang ingin tahu pemeran Dong yi dalam keseharian mereka.. Tapi ada beberapa juga yang tidak ketemu fotonya. Tapi sebagian besar ada.

Han Hyo Joo - Dong Yi /Choi Sukbin

Ji Jin Hee - King Sukjong

Lee So Yeon - Jang Hee Bin

Bae So Bin - Cha Cheon Soo

Jeong Jin Yeong - Seo Yong Gi

Park Ha Sun - Queen In Hyeon

Jeong Dong Hwan - Oh Tae Seok

Lee Kye In - Oh Tae Pung

Choi Chul Ho - Oh Yun

Kim Yoo Seok - Jang Hee Jae

Shin Gook - Do Seong Ji

Park Jeong Soo - Ibusuri Myeong Seong

Kim Dong Yoon - Shim Yun Taek

Kim Hye Seon - Lady Jeong

Kim So I - Lady Bong

Jeong Yoo Mi - Jung Im

Kang Yoo Mi - Ae Jung

Han Da Min - Eun Geum

Yeo Ho Min - Oh Ho Yang

Lee Hee Do - Hwang Ju Shik

Kwang Soo - Yeong Dal

Jeong Seong Woon - Choi Dong Joo

Kim Hye Jin - Seol Hee

Yeo Hyeon Soo - Gae Do Ra dewasa

Choi Jong Hwan - Jang Mu Yeol

Cheon Ho Jin - Choi Hyo Won (cameo)

Lee Jae Yong - Jang Ik Heon (cameo)

 

Syuting Dong yi ditunda

Dong Yi adalah drama kedua setelah Gloria yang kemungkinan besar akan tertunda syutingnya (apa lagi ini...). Ini diakibatkan adanya pemogokan oleh serikat pekerja dari kru dan cast yang belum dibayar.

Tgl. 3 September, perwakilan pekerja pergi ke lokasi syutig Dong Yi dan berbicara dengan cast Dong Yi, yang setuju untuk menunda syuting hari itu, dan film-nya dihentikan sementara.

Gaji mereka ternyata belum dibayarkan sejak tg 31 Juli 2010. Sebenarnya ada 13 acara yang tertunda, tapi KBS dan SBS segera menyelesaikan masalahnya. Sekarang tinggal MBC dengan 4 serialnya.

Ini membuat Dong Yi terpukul, apalagi dilaporkan kalau Dong Yi terlambat menerima script-nya. Sepertinya Dong yi harus berpacu dengan waktu.

Saat ini, Dong Yi dan Gloria sedang bernegosiasi dengan pihak perusahaan, semoga segera beres deh masalahnya, ada juga ya..yang kaya gini di Korea..

source : javabeans

 

Cincin Dong Yi


Cincin Dong Yi ini disebut garakji, terbuat dari batu jade putih dan hijau. Cincin yang berpasangan disebut garakji dan cincin tunggal disebut banji. Dalam jaman Joseon, cincin melambangkan pernikahan yang tidak akan berakhir.

Cincin berpasangan/dua cincin jadi satu seperti milik Dong Yi adalah simbol suami istri yang menjadi satu dalam tubuh dan roh.

Wanita yang belum menikah mengenakan cincin tunggal. Cincin seperti ini dikenakan oleh para wanita bangsawan. Orang Korea percaya batu jade itu lambang kemakmuran, keadilan, kebijaksanaan, keberanian dan ketegasan.


source : The Amore Museum

Yeongjo of Joseon - 1


Overview,
Raja ke-21 Dinasti Joseon. Raja yang paling lama memerintah, yaitu dari tahun 1724-1776 atau selama 52 tahun! Naik takhta setelah kakak-nya, Raja
Gyeongjong meninggal dunia tahun 1724

Ayah : Raja Sukjong (Raja ke-19, Joseon)

Ibu : Royal Noble Consort Suk dari Klan Choi.
Lahir di : Istana Changdeok, Korea
Meninggal di : Istana Gyeonghui, Korea


Pendamping :
1. Ratu Jeongseong - Dalsung dari Klan Seo
2. Ratu Jeongsung - Gyeongju dari Klan Kim
3. Royal Noble Consort Jeong dari Klan Lee
4. Royal Noble Consort Yeong dari Klan Lee

5. Jo Gwi-in
6. Moon Suk-Ui


Keturunan :
1. Putera Mahkota Hyojang (1719-1728), dari Selir Jeong klan Lee. Sayang mati muda.
2. Putera Mahkota Sado (1735-1762), dari Selir Yeong klan Lee.
3. Puteri dari Selir Jeong klan Lee.
4. Putri Hwasoon
5. Putri Hwapyeong
6. Putri Hwahyeop
7. Putri Hwawan

8. Putri Hwayoo
9. Putri Hwaryeong
10. Putri Hwagil


Nama Kehormatan Yeongjo /Gelar Yeongjo : Raja Yeongjo Jangsun Jihaeng Sundeok Yeongmo Uiryeol Jang-ui Hong-yun Gwang-in Donhui Checheon Geon-geuk Seonggong Sinhwa Daeseong Gwang-un Gaetae Giyeong Yomyeong Suncheol Geon-geon Gonyeong Baemyeong Sutong Gyeongnyeok Honghyu Junghwa Yungdo Sukjang Changhun Jeongmun Seonmu Huigyeong Hyeonhyo Besar (wuih...nama satu buku telp dipakai semua.) Yeongjo adalah Raja yang dipengaruhi kuat oleh ajaran Kong Hu Cu atau Confucius. Ajaran Confucius atau Confucianism mengalami era puncak pada jaman Raja Yeongjo. Bahkan Yeongjo sangat menguasai buku2 Confucius lebih daripada dewan istana. Selama pemerintahan-nya, Joseon mengalami pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan di bidang perdagangan, manufaktur/industri dan pertambangan.

Yeongjo melakukan banyak perubahan dalam banyak bidang termasuk organisasi politik, kebudayaan, dan industri. Yeongjo mengakhiri dominasi partai politik dan ini membawa pengaruh merugikan dalam urusan negara.
Yeongjo mengurangi pajak militer sebesar 50%, memerintahkan pajak atas perikanan, garam, akomodasi/angkutan, dan meningkatkan pajak tanah untuk menambah penghasilan pajak.

Yeongjo juga menyusun sistem akunting untuk membedakan pendapatan negara dan biaya2.
Di masa pemerintahan Yeongjo, Joseon banyak mencetak koin mata uang untuk mendorong perputaran mata uang.

Yeongjo adalah Raja Joseon pertama yang menentang ajaran Roma Katolik di Joseon. Yeongjo secara resmi mengatakan bahwa ajaran Roma Katolik adalah praktek jahat.

Kematian Putera Mahkota Jangjo atau Pangeran Sado

7 tahun setelah kematian putera tertua Yeongjo, lahirlah Pangeran Sado. Tentu saja ini menggembirakan dan Yeongjo langsung memutuskan mengangkat Pangeran yang baru lahir itu sebagai Putera Mahkota.


Yeongjo sengaja menjauhkan diri dari anaknya. Yeongjo menempatkan PM Sado di lokasi lain di istana untuk dididik khusus sebagai Raja mendatang. Ini membuat hubungan antara Yeongjo dan PM Sado menjadi kaku kalau tidak ingin dikatakan sulit.

PM Sado selalu takut dengan ayahnya, yang selalu memarahinya. Ini membuat PM Sado depresi dan mengalami sakit mental. Setiap kali Raja Yeongjo mendekatinya, PM Sado langsung saja memukul atau membunuh orang di istana untuk melepaskan stresnya. Dikatakan kalau PM Sado juga menderita penyimpangan seksual.

Yeongjo memutuskan untuk mengakhiri nyawa PM Sado, tapi ia tidak ingin membunuh anaknya dengan tangannya sendiri, Sado juga tidak akan mengikuti perintah ayahnya untuk bunuh diri.

Di satu hari yang panas, bulan Agustus, 1767, Sado akhirnya mematuhi ayahnya dan ia memanjat lumbung beras yang besar. Setelah 8 hari, Sado meninggal karena kehabisan nafas/sesak. Saat itu, putra Sado, Jeongjo masih berusia 11 tahun ketika ayahnya meninggal. Ibu Jeongjo, Putri Mahkota Hyegyeong mengajar agar Jeongjo tidak mendendam pada kakeknya atas tragedi ini. (Memoir of Lady Hyegyeong)


Sembilan tahun kemudian, tahun 1776, Yeongjo meninggal dunia. Ia dimakamkan di Donggureung. Putra Sado, Jeongjo naik takhta menjadi Raja ke-22 Joseon. (bisa diikuti kisahnya di Yi San)

Di awal pemerintahan Jeongjo, terjadi kemelut politik akibat ketakutan anggota partai politik kalau Jeongjo akan membalas dendam akibat kematian ayahnya.

Yeongjo juga pernah dituduh tidak berbakti pada mendiang ibunya Choi Suk Bin karena Putra Mahkota Hyojang yang dilahirkan th 1719, hanya setahun setelah Choi Suk Bin meninggal dunia. Menurut adat, Raja harus menahan diri dan tetap dalam keadaan berkabung selama 3 tahun jika orang tuanya meninggal dunia. Dengan kata lain dilarang melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Tapi selir Jeong dari Klan Lee justru mengandung dan melahirkan pangeran th 1719.


Yeongjo of Joseon - 2

Lukisan wajah Yeongjo ketika masih menjadi Pangeran Yeoning
(cocok ngga sih kalau misalnya diperankan oleh KNG hehehe...)

(Artikel Kang Myung-kwan, Profesor Classic Chinese Literature Universitas Nasional Pusan, diterjemahkan oleh JoongAng daily staff)

Selama pemerintahan Yeongjo, Raja yang paling lama memerintah sepanjang dinasti Joseon, sering terjadi bencana banjir dan topan badai.

Pada tahun ke-15 pemerintahan Yeongjo, 7 propinsi termasuk Haeju di propinsi Hwanghae (dimana Choi Suk Bin berasal) menderita banjir, menyebabkan 300 orang meninggal dan 600 rumah hilang tersapu banjir.

Pada tahun ke-17 pemerintahan Yeongjo, seluruh negeri dilanda banjir : di daerah Honam, 800 rumah hilang pada bulan Juli, 770 lebih rumah tersapu di bulan September. Di daerah Gwandong, sekitar 1000 rumah hanyut di bulan September. Setelah banjir, terjadi epidemi, membunuh sekitar 3.700 orang di daerah Gwanseo.

Pada tahun ke-28 pemerintahan Yeongjo, 33 orang meninggal karena tanah longsor yang disebabkan oleh banjir di daerah Gyeonggi pada bulan Juni dan 219 rumah tersapu habis.

Pada tahun ke-30 pemerintahan Yeongjo, 400 rumah hanyut di daerah Gwanseo pada bulan Juni.

Ini adalah statistik resmi yang ditemukan dalam catatan tertulis kala itu. Mengingat mungkin saja ada kerusakan yang tidak tercatat, kerusakan sebenarnya akibat banjir pasti jauh lebih besar.
Banjir biasanya terjadi di Korea antara bulan Juni dan September dari kalender bulan, atau Juli, Agustus, September dan Oktober di kalender matahari/masehi.

Annal of Yeongjo mencatat, satu hari di tahun ke-4 pemerintahan-nya, Yeongjo terbangun karena suara hujan di pagi hari dan ia berkata pada stafnya :
"Oh tidak! Kita telah mendapatkan banjir, kekeringan dan kelaparan selama 4 tahun karena kekurangan saya, dan tahun ini kita bahkan melalui pemberontakan yang tidak terduga karena satu pemberontak bernama Yi In Jwa. Bagaimana rakyat saya yang malang bisa menjalani hidup mereka dibawah kondisi sulit seperti ini? Ada pepatah lama, 'Perang selalu diikuti dengan tahun kekeringan' untungnya, kita tidak mengalami kelaparan selama dua tahun ini dan kita berharap akan panen besar tahun ini.
Namun saya masih merasa gugup karena, sementara musim panen sudah dekat sekali, tidak ada cara mengetahui apakah akan ada banjir atau kekeringan sebelum panen tiba. Tidak ada yang tahu apakah akan tiba-tiba hujan dan membanjiri ladang yang menanti dipanen. Ini karena kekurangan saya sehingga hal-hal mengerikan ini terjadi, saya gagal mendapatkan simpati langit. Bagaimana saya bisa mendapatkan simpati langit jika saya tidak introspeksi dan membuat usaha sendiri? Saya harus mulai merefleksikan diri saya."

(The Annals of Yeongjo, tertanggal 27 Juli dari tahun ke-4 pemerintahan-nya, tahun 1728)

Yeongjo cemas kalau hujan akan menghancurkan panen dan memaksa rakyatnya kelaparan. Raja memerintahkan pejabat istana untuk mengurangi pajak untuk rakyat dan mengurangi jumlah makanan dalam menunya. Pengurangan variasi makanan yang dikonsumsi Raja adalah keputusan yang dibuat karena mencemaskan rakyatnya yang kelaparan.

Ketika ada topan dan banjir, Raja melakukan pelayanan religius untuk mereka yang meninggal, membebaskan rakyat dari kerja paksa dan mengurangi pajak. Ini sebenarnya adalah tradisi tapi kita bisa mendeteksi ketulusan dari apa yang dilakukan Yeongjo.

Suatu pagi, 25 tahun kemudian, sekitar tahun 1753, hujan yang terus menerus mengingatkan Yeongjo pada banjir selama tahun ke-4 pemerintahan-nya ketika ia mengurangi makan, "Oh! Banjir dan kekeringan benar-benar terjadi karena kekurangan saya. Saya sudah lebih tua dari saat itu, tapi bagaimana bisa belas kasihan saya untuk rakyat dan keinginan untuk bekerja keras untuk mereka jauh berkurang dibanding saat itu?"
(The Annals of Yeongjo, tertanggal 23 Juli, tahun ke-29 pemerintahan-nya, tahun 1753)

Yeongjo memerintahkan pengurangan jumlah makanan di meja makan-nya lagi.

Ini sesuai bab dalam prinsip politik "Analek Kong Hu Cu"
Ketika QiGong, satu dari murid Kong Hu Cu, bertanya pada gurunya, bagaimana cara memerintah rakyat.
Kong Hu Cu berkata, "Rakyat akan mengikuti jika ada kepercayaan, banyak makanan, dan pasukan yang besar."

Ketika QiGong tanya lagi, diantara yang ketiga itu, mana yang bisa dihilangkan pertama kali?
Kong Hu Cu menjawab, pasukan.
Ketika ditanya mana yang bisa dihilangkan berikutnya, gurunya menjawab : itu bisa saja makanan. Dari dulu manusia itu makhluk fana. Tapi jika seorang pria tidak mendapatkan kepercayaan, dia tidak bisa menjadi pria sebenarnya.

Dengan kebajikannya, Yeongjo dengan rendah hati mengakui kekurangannya, itu bukti bahwa Yeongjo mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya. Betapa besarnya (hati) Yeongjo yang terbangun di pagi hari oleh suara hujan dan berkata kekurangan-nya adalah alasan banjir dan kekeringan.

Kita bisa melihat pendidikan Choi Suk Bin bahwa ia ingin Yi Geum atau Yeongjo menjadi pondasi dari rakyatnya dan jalan menuju Monarki yang hebat.

Dari drama Yi San, kita bisa melihat bagaimana Yeongjo menguasai keadaan, ia tahu harga komoditi di pasar jauh lebih baik dari pejabat resminya yang melapor padanya dan memberikan mereka hukuman ketika mereka tidak bisa memberikan jawaban padanya.

Makam Yeongjo, Wolleung :

Patung di sekitar makam Yeongjo
Makam Raja Yeongjo dan Ratu Jeongsun (istri ke-2nya yang dinikahi Yeongjo ketika ia berusia 66 tahun, sedangkan Jeongsun berusia 15 tahun.)

No comments:

Post a Comment